Aku Ingin Pulang

Bawa aku pulang, kawan. Karena tetesan mutiara yang menguap dari ladang kering pun tak kan pernah dapat melunakkan sang fatamorgana keemasan berbalut semu di langit-langit kehidupan yang selalu menyapa lewat decak kagum dan rasa takut berbaur dan bercumbu mesra lewat canda, tawa, sedih, dan tangis di atas tembok kusam berduri yang telah mendengkur ribuan tahun lalu. Mungkin sesekali kita perlu merintih kesakitan untuk sekedar dapat mengingat memoar.

Perlu kita ketahui, sobat. Bukan hanya Si Pandir saja yang selalu berkata bodoh, Tapi seorang pecinta sejati pun selalu menari kegilaan di atas papan berwarna coklat tua tanpa harus bergumam dalam lumpur kausalitas dan relatifitas, ia hanya akan berkata;

“karena aku adalah Dia”

Sehelai Selendang Yang Melilit Leher. Damanhour, 1654250209.

1 komentar:

Kobong Sastra Cipasung mengatakan...

oke deh,
lanjutin terus nulisnya
salam kenal dari saya afandi