Sebatang Cleopatra


Sebatang cleopatra
Menemani di malam pertama hujan turun
Asapnya meliuk indah ditatapan kosong
Berlenggak dan menari tenang di udara
Sambil membawa pesan-pesan dari bawah nalar

Sebatang cleopatra
Terlilit indah di antara jari-jari berwarna coklat
Disulut demi memadamkan bongkahan bara

Sebatang cleopatra
Bak cairan panas yang bergolak
Dan mengepulkan uap ke awang-awang
Bergejolak menghampiri tangis

Sebatang cleopatra
Berkata lewat jerat jerit hati
Dan jaring-jaring putaran waktu

Sebatang cleopatra
Bercerita melalui kehidupan
Kemudian menjelma sebagai daun muda
Yang tertancap hampir tumbang
Di hempas badai sahara

Sebatang cleopatra
Membawa terbang menantang cakrawala
Dari liukan asap putihnya yang menyendiri
dikepingan hingar bingar
Nafas keangkuhan realita

Sebatang cleopatra
Pengulum senyum

Sebatang cleopatra
Pengubur lara

Damanhur, 26-10-2009

Empat Laki-Laki dan Penerjemah


Empat orang diberi sekeping uang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, "Aku akan membeli anggur."
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, "Tidak, karena aku ingin inab."
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, "Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum."
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, "Aku ingin stafil."
Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.

Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, "Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian, hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu."

Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda yang sama, buah anggur.

Jalaluddin Rumi

Rumah Para Pecinta



Oh Rumi mengapa kau mesti hidup
Oh Qays andai kau tak pernah di lahirkan
Aku yakin
Kau tak kan pernah gila
Karena Laila

Tapi aku tahu, antara kalian denganNya
Ada tetes-tetes cinta
Yang bercucuran di lembah masyuk

wahai Jalaluddin Rumi
Ruhmu bersemayam dalam arsyNya
Wahai Majnun
Hakikat cintamu ada padaNya

Tanta, 22-10-2009

Serambi Cinta


Senyummu membuat ruhku tak mau pulang
Dingin, terinjak kesendirian di atas hampa
Terpaku pada kerlipan nakal sang bintang
Berkalung rindu berzikir cinta

Duhai cinta aku menangis di hadapanmu
Syahdu dirimu nyaring di telingaku
Tak lekang di halau waktu
Bersemayam di relung-relung kalbu

Kalaupun ada sehelai daun terpaksa jatuh dari hatimu
Maka akulah orang pertama yang mesti menyimpannya

Alampun bersaksi di atas kisah kasih
Tentang butir-butir peluh sepasang kekasih
Berlari menerpa awan pekat di serambi rumah
Mencoba redupkan bara dan amarah

Di peraduan
Kau yang selalu duduk manis di bukit cintaku
Aku dan dirimu
Adalah hakikat cinta Laila Majnun

Tanta, 18-10-2009

Petirku


Segumpal awan mendung berlari kecil di ambang nirwana
Tak berarti titik-titik air akan berjatuhan di muka bumi

Hanya karena kepongahan saja
Sang Petir terpaksa berkata
Aku adalah penguasa jiwa-jiwa yang murung dan tertekan
Hanya akulah permata cahaya dipekatnya malam

Hening bergeming
Gelap menyapa
Dan mata batin pun tertutup
Ketika Sang Nuri tak lagi bernyanyi

Tanta, 16-10-2009

MencumbuiMu


Allah Allah Allah
Kusebut diriMu
Dengan ucapan manis
Aku menggodaMu

Mulai mencumbuiMu
Adalah keasyikan tersendiri buatku
Yang berharap menjadi gelandangan di ujung masyuk

Allah Allah Allah
Biarkan bisa cintaMu meracuniku
Padam bergilir menjadi butiran cahaya

Allah Allah Allah
Kuucap begitu mengharap cintaMu
Tebarkan semerbak cinta di altar suci

Antara aku dan diriMu
Bersatu meruyak lewat hembusan nafas cinta
Antara aku dan diriMu
Ada butir-butir cinta

Tanta, 16-10-2009

Gerbang Satu


Tertutup kemudian terbuka
Terbuka dan tertutup
Maha Adil Tuhan
Yang menciptakan segalanya berpasang-pasangan

Tapi, bukan itu yang kumau, sungguh
Aku adalah sebongkah berlian
Hanya saja belum di asah

Sadar
Sadar
Sadar
Ya aku sadar

Aku keindahan
Aku lambang kesempurnaan
Itu potensiku, itu aku
Menjadi sebuah berlian kecil yang terasah indah
Dari sebongkah batu putih terhalang lumpur

Jumat malam mengilhamiku
Ke gudang aku menemukanmu
Telah kuterima pahat mungil darimu
Telah kuambil gurinda darimu
Telah kurenggut ruh pemberontakmu

Ingin aku bersatu denganmu
Mengetukkan pahat di badan bongkahan berlian putih
Menggoyangkannya di depan gurinda
Dengan tekad dan ruh penasaranmu
Aku mau

Tertutup dan terbuka
Aku tak mau
Yang kumau
Berlian kecil tanpa lumpur
Yang tergeletak indah
Di antara tutup dan buka hidupku

Tanta, 10-10-2009

"kudedikasikan untuk guruku tercinta yang mampu memformat kepala batuku hanya dalam empat hari, Ust. Udo Yamin Majdi. Semoga Allah selalu memberkatinya"

Undanglah Aku I


Ya Rabb
Undanglah aku kepestaMu
Di Baital Haram

Ingin rasanya
Aku mencicipi
Nikmat tiap tetes anggurMu
Di sana

Dan bercinta denganMu
Di atas kiswah

Tanta, 08-10-2009

Detik-Detik


Aku berkata lewat emosi
Yang terpagar oleh benteng

Dengar
Malam pun tahu
Bahwa aku benar-benar terasing
Di tanah para Nabi

Pulau kelapa selalu merayuku
Dengan selusin senyum merekah
Di setiap lekukan bibir-bibir indahnya

Tuhan
Berilah aku
Atau setidaknya
Pinjamilah aku

"tongkat Musa"

Biar kupakai
Untuk menunjukkan arahMu
Kau pun tahu
Aku buta

Atau
Pijamilah aku

"turin Yesus"

Biar kupakai
Untuk menutup malamku
Kau pun tahu
Aku 'uryan

Tanta, 05-10-2009