Bunga Rampai Pelipur Lara

Terjepit pada jurang ketidakpastian, sepasang mata lelah mencoba menatap harapan usang jauh diujung tatapannya, ia selalu saja berkoar tentang dua kata "harapan dan berharap".

Dua buah kata pelipur lara bagi Sang Nuri dalam sangkar emas. Seperti berbicara dengan sebuah cermin. Diam di balas diam, gerak di balas gerak, tertawa iapun ikut, menangis iapun pilu. Ia lakukan secara literal tetapi kosong dalam substansi. oh Tuhan, lagi-lagi terbentur pada sang harapan. Ya harapan, butiran beras yang menggiring seekor unggas yang bersungut-sungut karena lapar atau memang obsesi dalam hidupnya.

Bodoh. Tapi, toh memang esensi manusia pada sisi lainnya adalah seekor hewan, ya sifat hewani. Bisa jadi sejenis primata yang merayap ditebing metropolitan tetapi bertubuh Einstein atau mungkin sesosok pemuda kurus seperti JP. Coen yang mengembara ke Venesia.

jenuhnya mengharap tanpa perasaan yang sama, atau setidaknya Sang Nuri tak merasakan hal yang sebaliknya.

Dan, hampa …

Berwujud tapi tak terlihat
Dekat tapi teramat jauh.

Ya!!
"harapan dan berharap, dua kata yang selalu bernyanyi dalam sangkar emas".

Kinanah Berdebu. Tanta, 1427070809.

Tidak ada komentar: